
Naik shuttle itu selalu punya cerita. Ada yang sibuk kerja di laptop, ada yang tidur pulas sambil peluk bantal leher, ada juga yang diam-diam pasang headset dan menikmati playlist favoritnya sepanjang jalan. Shuttle adalah ruang kecil tempat orang-orang dengan tujuan berbeda berkumpul dalam satu perjalanan. Tapi, kenyamanan perjalanan bukan cuma soal kursi empuk atau AC dingin. Ada hal lain yang jauh lebih penting yaitu sikap penumpang di dalamnya. Kadang, hal-hal sederhana yang kita lakukan bisa bikin orang lain nyaman atau justru sebaliknya.
Bayangkan kamu sudah datang 15 menit lebih awal, duduk manis sambil menunggu, tapi shuttle baru berangkat 20 menit lebih lama karena ada satu penumpang yang datang mepet. Rasanya? Kesal, kan.
Datang tepat waktu itu bukan sekadar disiplin, tapi bentuk menghargai penumpang lain. Dengan begitu, perjalanan bisa dimulai sesuai jadwal, semua orang tenang, dan nggak ada yang merasa dirugikan.
Ada kalanya kita butuh telepon mendesak di tengah perjalanan. Wajar, manusiawi. Tapi coba bayangkan kalau setiap orang menelepon keras-keras sambil ketawa terbahak-bahak. Shuttle bisa berubah jadi ruang karaoke dadakan. Mengobrol atau menelpon sih boleh saja, tapi cukup dengan suara pelan. Kalau mau dengerin musik atau nonton film, gunakan earphone. Shuttle itu ruang bersama, jadi semakin tenang suasananya, semakin nyaman semua orang.
Shuttle yang bersih bikin perjalanan lebih menyenangkan. Tapi kadang ada penumpang yang makan tanpa peduli remah-remah atau bungkus yang tercecer. Begitu penumpang berikutnya duduk, langsung nggak nyaman. Padahal solusinya gampang banget loh! Kalau makan, simpan dulu sampah di tas, lalu buang saat sudah tiba. Hal kecil yang sederhana, tapi dampaknya besar.
Salah satu momen paling sensitif di shuttle adalah kursi. Kursi memang bisa direbahkan, tapi jangan lupa: ada orang di belakangmu. Tanpa basa-basi, rebahin kursi bisa bikin orang lain jadi sempit dan nggak bisa gerak. Cara paling sopan? Toleh sebentar ke belakang, senyum, lalu bilang, “Mbak/Mas, boleh ya kalau saya rebahin kursinya sedikit?” Kalimat sederhana itu bikin perjalanan lebih hangat, karena semua orang merasa dihargai.
Shuttle adalah ruang kecil tempat kita berbagi perjalanan dengan orang lain. Setiap senyum, sikap sopan, atau kebiasaan kecil bisa membuat suasana jauh lebih baik. Pernah ada penumpang yang menawari tisu ketika ada yang nggak sengaja menumpahkan minuman. Hal sederhana, tapi bikin shuttle seisi mobil jadi lebih akrab. Itu contoh nyata bahwa perjalanan bukan cuma soal sampai tujuan, tapi juga soal pengalaman yang kita bagi di jalan.
Etika naik shuttle bukan aturan kaku yang bikin ribet, tapi kebiasaan kecil yang kalau dilakukan bersama bisa bikin perjalanan jauh lebih nyaman. Tepat waktu, menjaga suara, membawa barang seperlunya, hingga menghormati ruang pribadi. Pada akhirnya, perjalanan dengan shuttle bukan hanya tentang berpindah dari titik A ke titik B, tapi juga tentang bagaimana kita membuat momen di antaranya terasa menyenangkan untuk diri sendiri dan juga orang lain.